Modul 3.3.a.9 Koneksi Antar Materi - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid
Setiap sekolah memiliki kekuatan/aset yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan dalam sebuah program sekolah yang berdampak pada murid. Program Sekolah adalah program pendidikan yang diterapkan khusus untuk sekolah sesuai dengan tujuan yang diinginkan sekolah yang disesuaikan dengan aset/kekuatan yang dimiliki atau yang ada di sekolah dan program yang disusun merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan tidak hanya satu kali tetapi berkesinambungan sehingga harus dikelola dengan baik. Pengelolaan program adalah tahapan yang dimulai dari tahapan perencanaan sampai dengan tahapan pelaksanaan program. Perencanaan merupakan langkah awal yang harus ditempuh sebelum melaksanakan suatu program kegiatan agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan. Namun untuk keberhasilan program itu sendiri, perlu adanya kerjasama oleh semua pihak yang terkait serta upaya yang konsisten dan berkesinambungan. Dalam merancang sebuah program yang berdampak pada murid, sekolah dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber daya/aset yang dimiliki. Mulai dari modal sumber daya manusia, sosial, fisik atau sarana dan prasarana, lingkungan atau alam, politik, finansial, agama dan budaya dapat digunakan sebagai penunjang program sekolah yang diharapkan.
Sebagai implementasi dari pemanfaatan tujuh aset yang menunjang pembelajaran, program sekolah yang dibuat harus mempunyai ketentuan menjadi panduan dalam menyusun rencana program tersebut. Salah satu panduan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan paradigma inkuiri apresiatif melalui tahapan BAGJA, manajemen risiko, dan MELR.
Menerapkan paradigma apresiatif melalui tahapan BAGJA
BAGJA merupakan akronim (singkatan) dari 5 langkah utama yang digunakan dalam sebuah proses Inkuiri Apresiatif. Inkuiri apresiatif merupakan sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam BAGJA tersebut adalah:
Buat pertanyaan utama
Pertanyaan Utama ini digunakan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang kita inginkan. Berikut ini contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk memulai proses lainnya.
Bagaimana meningkatkan pencapaian peserta didik di semua kelas?
Bagaimana membiasakan penumbuhan karakter baik di lingkungan sekolah?
Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?
Ambil Pelajaran
Langkah ini dapat dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini akan menuntun mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik dalam unsur yang berbeda maupun sama.
Gali Mimpi bersama
Langkah selanjutnya adalah gali mimpi bersama. Pada tahapan ini komunitas sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Siswa) akan menggali mimpi sebagai keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi dan diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penyusunan narasi, misal:
Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan merasa?
Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?
Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?
Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?
Jabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan
Tahapan ini akan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan. Ketika perencanaan awal kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?
Apa langkah-langkah kecil yang diperlukan?
Apa langkah besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar terwujudnya perubahan?
Atur Eksekusi
Tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata. Diperlukan pertanyaan2 yang dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan pelaksanaan seperti:
Siapa yang akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?
Siapa yang akan bertanggung jawab, siapa yang akan menindaklanjuti atau memberikan umpan balik suatu laporan?
Siapa yang akan memonitor batas waktu?
Langkah-langkah konkrit yang bisa kita lakukan dalam menerapkan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif adalah:
Menyusun rencana perubahan
Memahami kekuatan yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan perubahan positif
Mengevaluasi hal-hal positif yang ada di sekolah
Berkolaborasi dengan stakeholders dan rekan sejawat
Dukungan dan motivasi dari seluruh stakeholders
Pendekatan psikologi positif.
Dari semua langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan.
Penerapan Manajemen Risiko pada Program yang Dibuat
Manajemen risiko merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program sekolah. Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi. Beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi:
Risiko Strategis, merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan
Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset
Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen
Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosedur internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Prince watercoper, 2003)
Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:
identifikasi jenis risiko,
pengukuran risiko,
melakukan strategi dalam pengendalian risiko
melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan
MELR (Monitoring,Evaluation,Learning and Reporting)
Selain penerapan pendekatan Inkuiri Apresiatif melalui tahapan BAGJA dan Manajemen Risiko, salah satu strategi yang digunakan dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid adalah dengan menggunakan strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning and Reporting).
Monitoring
Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan dan pengendalian kegiatan yang dilaksanakan, untuk umpan balik pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan. Dilakukan dengan melihat langsung pelaksanaan kegiatan, untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan dengan keberhasilan program.
Evaluation
Evaluasi merupakan proses pengukuran hasil yang dicapai dibandingkan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan. Prinsip, yaitu: menyeluruh, berkesinambungan dan objektif. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai penghargaan bagi yang berhasil dan merupakan pendorong bagi yang belum berhasil. Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk kuantitatif sesuai dengan monitoring yang dilakukan. Adapun teknik evaluasi dapat dilakukan dengan cara:
Observasi langsung di sekolah
Isian instrumen pengamatan
Wawancara
Berperan serta.
Learning
Dr Roger Greenaway seorang ahli di bidang pelatihan guru dan sebagai fasilitator merancang kerangka kerja pembelajaran (Learning) melalui empat tingkat model, antara lain:
Fact (Fakta ): Catatan objektif tentang apa yang terjadi
Feeling (Perasaan): Reaksi emosional terhadap situasi
Finding (Temuan): Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut
Future (Masa Depan): Menyusun pembelajaran digunakan di masa depan
Reporting
Laporan merupakan alat bagi pimpinan untuk menginformasikan atau memberikan masukan untuk setiap pengambilan keputusan yang diambilnya. Oleh karena itu laporan harus akurat, lengkap, dan objektif. Dalam prakteknya, laporan adalah sebuah dokumen yang merupakan produk akhir dari suatu kegiatan.
Hasil pemetaan sekolah dijadikan dasar untuk melihat aset-aset atau kelebihan sekolah. Aset tersebut dimanfaatkan untuk membuat program yang berdampak pada murid. Dengan begitu berarti sekolah telah melakukan inkuiri apresiatif dengan mengoptimalkan kelebihan aset sekolah dengan membuat program melalui langkah BAGJA.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul-modul lain pada Materi Pendidikan Guru Penggerak
Modul 3.3. Pengelolaan Program yang berdampak pada murid memiliki keterkaitan dengan modul sebelumnya. Berikut adalah deskripsi keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya.
Kaitan Dengan Modul Filosofi KHD
Program sekolah yang berdampak pada murid dapat mendukung merdeka belajar dan menuntun murid agar kodrat alam atau potensinya dapat berkembang secara optimal. Proses menuntun yang dilakukan guru untuk memerdekakan belajar murid akan cepat terealisasi dengan program-program sekolah yang berdampak pada murid. Program-program sekolah yang mengarahkan dan menuntun murid untuk bisa hidup sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Segala potensi yang dimiliki murid akan berkembang secara maksimal dengan adanya program yang berdampak pada murid.
Kaitan dengan Modul Inkuiri Apresiatif
Program sekolah yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan pendekatan inkuiri apresiatif melalui langkah BAGJA (melihat kekuatan sekolah lalu dikembangkan agar memiliki ciri khas) yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Dalam menyusun program yang berdampak pada murid, sekolah akan merancang sebuah program yang dapat dirasakan dan berdampak pada pengembangan murid dan sekolah itu sendiri. Program yang berdampak pada murid akan didapatkan dengan menyusun program tersebut secara kolaboratif dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Kekuatan yang dikembangkan agar memiliki kekhasan sendiri yang membedakan dengan sekolah lainnya. Proses penyusunan program tersebut dapat mengimplementasikan tahapan BAGJA dengan menerapkan pendekatan inkuiri apresiatif.
Kaitan dengan Modul Pengelolaan Aset Sekolah
Program sekolah yang berdampak pada murid bisa dilakukan dan berjalan dengan baik yaitu dengan mengoptimalkan serta memberdayakan aset sekolah agar lebih berdaya guna. Segala aset/kekuatan/potensi yang dimiliki sekolah haruslah dipetakan, dikelola dan dimanfaatkan untuk mendukung dan mewujudkan program yang berdampak pada murid. Program yang berdampak pada murid akan cepat dan tepat terlaksana jika aset-aset dimiliki sekolah dapat dimaksimalkan pemanfaatannya.
Kaitan dari semua materi dengan peran kami sebagai guru penggerak adalah tugas Guru Penggerak adalah untuk mewujudkan merdeka belajar dan menuntun murid dalam mengoptimalkan kodrat (potensinya). Karena itu guru penggerak harus mampu memetakan aset sekolah, mengelola aset tersebut dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah (inkuiri Apresiatif) dalam merancang program yang berdampak pada murid.